Persaingan epik antara GoTo dan Grab telah memasuki babak akhir (endgame). Ini bukan lagi tentang “bakar uang” untuk merebut pangsa pasar, melainkan pertarungan brutal untuk mencapai profitabilitas di bawah tekanan pasar modal. Pertarungan ini akan menentukan masa depan model bisnis super-app di Asia Tenggara dan membuktikan apakah model ini bisa berkelanjutan.
Berakhirnya Era Bakar Uang dan Subsidi
Layanan inti seperti transportasi online dan pesan-antar makanan adalah bisnis bermargin tipis yang dibangun di atas subsidi besar. Era itu telah berakhir. Kini, fokus GoTo dan Grab adalah efisiensi operasional. Langkah-langkah seperti pemangkasan biaya, pengurangan insentif, dan optimalisasi rute menjadi prioritas, meskipun berisiko mengurangi loyalitas pengguna dan mitra.
Fintech Sebagai Arena Pertarungan Baru
Dengan bisnis inti yang sulit menghasilkan laba, arena pertarungan sesungguhnya telah bergeser ke layanan fintech. GoTo dengan GoPay dan Bank Jago, serta Grab dengan GrabPay dan GXS Bank, berlomba untuk memonetisasi basis pengguna raksasa mereka. Siapa yang paling berhasil menjual produk keuangan bermargin tinggi seperti pinjaman dan investasi akan menjadi pemenang jangka panjang.
Perbedaan Strategi: Fokus Domestik vs Regional
Strategi geografis kedua raksasa ini juga menunjukkan perbedaan. Grab mempertahankan cakupan regional yang luas di Asia Tenggara. Sebaliknya, GoTo lebih fokus untuk mendominasi pasar domestik Indonesia—pasar terbesar dan paling menjanjikan di kawasan ini. Ini adalah pertarungan antara diversifikasi regional melawan pendalaman pasar domestik.
Intisari:
- Fokus Profitabilitas: Persaingan GoTo vs Grab kini bukan lagi tentang pertumbuhan, melainkan tentang siapa yang lebih dulu mencapai laba.
- Akhir Era Subsidi: Efisiensi operasional telah menggantikan strategi “bakar uang” di layanan inti.
- Fintech adalah Kunci: Kemenangan jangka panjang akan ditentukan oleh keberhasilan dalam monetisasi layanan fintech.
- Strategi Berbeda: Grab bermain di level regional, sementara GoTo fokus untuk memenangkan pasar teknologi Indonesia.

