Quiet Quitting’: Fenomena Bekerja Sewajarnya, Apa Dampaknya?

Quiet Quitting’: Fenomena Bekerja Sewajarnya, Apa Dampaknya?

0 0
Read Time:1 Minute, 27 Second

Istilah ‘quiet quitting’ menjadi viral di kalangan pekerja, terutama Gen Z dan Milenial. Fenomena ini bukanlah tentang mengundurkan diri secara diam-diam, melainkan sebuah pergeseran pola pikir: bekerja secukupnya sesuai dengan deskripsi pekerjaan, menolak untuk melakukan pekerjaan ekstra tanpa kompensasi, dan menetapkan batas yang tegas antara kehidupan kerja dan pribadi. Apa sebenarnya pemicu fenomena ini dan apa dampaknya bagi karyawan dan perusahaan?

Bukan Kemalasan, Melainkan Reaksi terhadap ‘Hustle Culture’

Penting untuk dipahami bahwa quiet quitting seringkali bukan tanda kemalasan. Sebaliknya, ini adalah sebuah reaksi terhadap ‘hustle culture’ atau budaya gila kerja yang selama ini diagung-agungkan. Setelah bertahun-tahun merasa dieksploitasi, tidak dihargai, dan mengalami burnout, banyak karyawan yang memutuskan untuk “menarik diri” secara mental dan emosional dari pekerjaan yang tidak memberikan mereka imbalan yang sepadan.

Dampak Positif bagi Kesejahteraan Karyawan

Bagi individu, menerapkan prinsip quiet quitting dapat membawa dampak positif bagi keseimbangan hidup-kerja (work-life balance) dan kesehatan mental. Dengan tidak lagi merasa tertekan untuk selalu bekerja lembur atau membalas email di luar jam kerja, karyawan memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk kehidupan pribadi, hobi, dan keluarga.

Tantangan bagi Produktivitas dan Pertumbuhan Karier

Namun, fenomena ini juga membawa tantangan. Bagi perusahaan, penurunan inisiatif dan “kerja ekstra” dari karyawan dapat berpotensi menurunkan produktivitas dan inovasi tim secara keseluruhan. Bagi karyawan itu sendiri, sikap bekerja secukupnya dapat menghambat pertumbuhan karier mereka. Mereka mungkin akan dipandang sebagai karyawan yang kurang bersemangat dan berisiko dilewatkan saat ada kesempatan promosi.

Intisari:

  1. Definisi: ‘Quiet quitting’ adalah fenomena bekerja secukupnya sesuai deskripsi pekerjaan dan menolak ekspektasi kerja ekstra.
  2. Pemicu Utama: Merupakan reaksi perlawanan terhadap ‘hustle culture’ dan burnout di tempat kerja.
  3. Dampak Positif: Dapat meningkatkan work-life balance dan kesehatan mental bagi karyawan.
  4. Risiko: Berpotensi menurunkan produktivitas perusahaan dan dapat menghambat pertumbuhan karier individu.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %