Stuttgart – Perlombaan untuk mendominasi pasar mobil listrik (EV) global tidak lagi hanya tentang range atau kecepatan pengisian daya, melainkan tentang teknologi baterai masa depan. Saat ini, fokus utama para raksasa otomotif seperti Toyota, Volkswagen, dan Ford beralih ke pengembangan Baterai Solid-State. Teknologi ini dianggap sebagai holy grail yang akan menyelesaikan hampir semua masalah utama EV saat ini.
Apa keunggulannya? Tidak seperti baterai lithium-ion tradisional yang menggunakan elektrolit cair mudah terbakar, baterai solid-state menggunakan elektrolit padat. Ini memberikan dua keuntungan fundamental: keselamatan yang jauh lebih tinggi (mengurangi risiko kebakaran) dan densitas energi yang lebih padat. Dengan densitas energi yang lebih tinggi, mobil listrik dapat menempuh jarak yang jauh lebih jauh—diproyeksikan mencapai 800 hingga 1000 km dengan satu kali pengisian daya—sementara ukuran dan berat paket baterai menjadi lebih ringkas.
Toyota, yang merupakan pionir dalam teknologi hybrid, mengklaim telah membuat terobosan signifikan dan berencana meluncurkan EV dengan baterai solid-state pertama mereka pada pertengahan dekade ini. Tantangannya masih terletak pada biaya produksi dan durabilitas jangka panjang sel baterai. Namun, dengan triliunan dolar yang diinvestasikan dalam R&D, sebagian besar analis percaya bahwa baterai solid-state akan mulai memasuki produksi massal secara bertahap pada 2027, mengubah lanskap industri otomotif selamanya.